Hear U'r God

Hear U'r God
Sebuah potret atas ilham-ilham yang akan Allah berikan pada kita untuk kekuatan kita menempuh hidup di dunia ini. Dengarkan baik-baik setiap dengungan nadanya, intonasinya, dan warnanya yang membentuk suatu kesatuan petunjuk kebenarannya..

Kamis, 30 Juni 2011

Proses Reduplikasi (kata-kata ulang)

1.      PENDAHULUAN
Proses pengulangan merupakan salah satu bagian dari proses morfologik, khususnya dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana yang diketahui, proses morfologik merupakan proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Selain proses pengulangan, dalam morfologik bahasa Indonesia terdapat dua proses lainnya yaitu proses pembubuhan afiks dan proses pemajemukan.
Reduplikasi merupakan kata lain dari proses pengulangan. Menurut Kridalaksana (1993: 100), kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil kata ulang. Menurut Ramlan (1987: 63), reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang. Misalnya kata ulang koran-koran dari bentuk dasar koran, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan. Ramlan dalam bukunya Morfologi: Suatu Tinjauan Deskritif, menguraikan empat macam perulangan, yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian, perulangan yang berkombinasi dengan  afiksasi, dan perulangan dengan proses fonemis.
Proses pengidentifikasian kata ulang diuraikan berdasarkan kategori kata ulang itu sendiri dalam suatu kalimat. Keserasian kata ulang juga dilihat dari penggunaan kata ulang itu dalam kalimat. Pemakaian kata ulang dalam sebuah kalimat menuntut adanya keserasian antara kata ulang dan unsur-unsur yang ada di dekatnya, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk. Pengidentifikasian dalam bagian ini adalah identifikasi verba ulang, identifikasi adjektiva ulang, identifikasi adverbia ulang, dan identifikasi nomina ulang.

2.      PEMBAHASAN
2.1  Identifikasi Verba Ulang
Ada dua hal yang dilihat untuk menentukan identifikasi verba ulang dalam bahasa Indonesia, yaitu ciri morfologis dan ciri semantis.
2.1.1        Ciri Morfologis
Dalam bahasa Indonesia, ada bermacam-macam bentuk verba ulang, yaitu :
1.      Bentuk dasar + kata ulang : pada tipe ini, kata ulang terbentuk dengan mengulang bentuk dasar. Contoh : duduk-duduk, jalan-jalan, makan-makan, dan lihat-lihat.
2.      Bentuk dasar + ber-) + kata ulang : pada tipe ini, terdapat pengimbuhan dan kata ulang sekaligus. Contoh : berlari-lari, berkata-kata, dan bermain-main.
3.      Bentuk dasar + ber-) + kata ulang + –an
Contoh : bersalam-salaman, bersahut-sahutan, dan berkejar-kejaran.
4.      Bentuk dasar + (kata ulang + ber-)
Contoh : ganti-berganti dan balas-berbalas.
5.      Bentuk dasar + meN-) + kata ulang
Contoh : membawa-bawa, membaca-baca, melihat-lihat, dan melempar-lempar.
6.      Bentuk dasar + (kata ulang + meN-)
Contoh : pukul-memukul dan masak-memasak.
7.      Bentuk dasar + meN-) + kata ulang + –kan
Contoh : menggerak-gerakkan dan membesar-besarkan.

8.      Bentuk dasar + meN-) + kata ulang + –i
Contoh : menghalang-halangi dan merintang-rintagi.
9.      Bentuk dasar + kata ulang + -an
Contoh : lompat-lompatan dan tembak-tembakan.
10.  Bentuk dasar + ter) + kata ulang
Contoh : tergila-gila dan terheran-heran.
2.1.2     Ciri Semantis
Kata ulang selalu memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Sedikitnya ada tiga makna yang terkandung dalam verba ulang, yaitu :
1.      Perbuatan yang dilakukan untuk bersenang-senang atau tidak menpunyai tujuan sebenarnya. Contoh : duduk-duduk, berjalan-berjalan, menulis-nulis.
2.      Perbuatan yang dilakukan berulang kali dan/atau terus-menerus. Contoh : berteriak-teriak dan memukul-mukul.
3.      Perbuatan yang dilakukan berbalasan. Contoh : pukul-memukul, ganti-berganti, dan bersembur-sembur.
2.2  Identifikasi Adjektiva Ulang
2.2.1     Ciri Morfologis
Dilihat dari segi morfologisnya, ada bermacam-macam bentuk kata ulang yang berkategori adjektiva, yaitu :
1.      Adjektiva ulang dapat terbentuk dari pengulangan kata dasar. Contoh : cantik-cantik, gagah-gagah, miskin-miskin, kaya-kaya, kuat-kuat, lemah-lemah, rajin-rajin, berani-berani, bersih-bersih, dan malu-malu.
2.      Adjektiva ulang dapat terbentuk dari kata dasar + imbuhan.
a.)    Adjektiva ulang terbentuk dari bentuk ulang + ke-…-an. Contoh : kekuning-kuningan dan kekanak-kanakan.
b.)    Adjektiva ulang terbentuk dari kata dasar, tetapi ada fonem perulangannya yang berubah. Contoh : ramah-tamah dan kusut-musut.
c.)    Adjektiva ulang terbentuk dari kata dasar, tetapi ada penambahan beberapa fonem. Contoh : terang-temerang, kilau-kemilau, cerlang-cemerlang, dan gilang-gemilang.
d.)   Adjektiva ulang terbentuk dari perulangan kata dasar + se- + -nya. Contoh : secantik-cantiknya, sekuat-kuatnya, dan sebersih-bersihnya.
2.2.2     Ciri Semantis
Makna inheren yang terkandung di dalam adjektiva ulang dapat menimbulkan arti sebagai berikut.
1.      Agak, dengan bentuk ke-…-an + kata ulang bentuk dasar. Contoh : kekanak-kanakan, kebarat-baratan, dan kekuning-kuningan.
2.      Intensif kualitatif, dengan bentuk kata ulang bentuk dasar + -em-. Contoh : gilang-gemilang dan kilau-kemilau.
3.      Intensif kualitatif, dengan bentuk kata ulang bentuk dasar + se- + -nya. Contoh : secantik-cantiknya, sekaya-kayanya, dan sekuat-kuatnya.
4.      Sikap, dengan bentuk kata ulang bentuk dasar dengan perubahan fonem di awal kata pengulang. Contoh : ramah-tamah dan kusut-musut.
5.      Konsesif, dengan adjektiva yang diulang juga dapat menimbulkan arti konsesif. Contoh : kecil-kecil Ani dan Tono sudah dijodohkan.
2.3  Identifikasi Adverbia Ulang
Identifikasi adverbia ulang dapat dilihat dari segi bentuknya. Dalam bahasa Indonesia, ada bermacam-macam bentuk adverbial ulang, yaitu sebagai berikut.
1.      Adverbial ulang dapat terbentuk dari perulangan kata dasar.
Contoh : jarang-jarang, sering-sering, belum-belum, dan jangan-jangan.
2.      Adverbial ulang dapat terbentuk dari kata ulang bentuk dasar + –lah.
Contoh : tengah-tengahlah, sering-seringlah, dan baik-baiklah.
3.      Adverbial ulang dapat terbentuk dari se- + kata ulang bentuk dasar + -nya.
Contoh : selama-lamanya.
4.      Adverbial ulang dapat terbentuk dari kata ulang bentuk dasar + -an.
Contoh : mudah-mudahan, pagi-pagian, dan malam-malaman.
5.      Adverbia ulang dapat terbentuk dari kata ulang bentuk dasar + -nya.
Contoh : mula-mulanya, rupa-rupanya, dan agak-agaknya.
6.      Adverbia ulang dapat terbentuk dari se- + kata ulang bentuk dasar.
Contoh : seakan-akan dan sesering-sering.
7.      Adverbial ulang dapat terbentuk dari per- + kata ulang bentuk dasar.
Contoh : perlahan-lahan.
2.4  Identifikasi Nomina Ulang
2.4.1   Ciri Morfologis
Ada bermacam-macam bentuk nomina ulang, yaitu :
1.      Bentuk monomorfemis + kata ulang. Pada tipe ini, bentuk nomina ulang adalah mengulang bentuk dasar. Contoh : sepeda-sepeda, majalah-majalah, dan rumah-rumah.
2.      Bentuk polimorfemis + kata ulang. Tipe ini mengulang bentuk-bentuk berimbuhan. Contoh : jawaban-jawaban, uraian-uraian, dan permainan-permainan.
3.      Bentuk dasar + kata ulang yang diikuti perubahan vokal. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan vokal pada konstituen ulang. Contoh : corat-coret, warna-warni, dan desas-desus.
4.      Bentuk dasar + kata ulang yang diikuti perubahan konsonan. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan konsonan pada konstituen ulang. Contoh : lauk-pauk, sayur-mayur, dan beras-petas.
5.      Bentuk dasar + kata ulang + ber-. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan ber- pada konstituen ulang. Contoh : anak-beranak, adik-beradik, dan baris-berbaris.
6.      Bentuk dasar + kata ulang + -em-/-el-. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan –em-/-el- pada kostituen ulang. Contoh : jari-jemari, tali-temali, dan gigi-geligi.
7.      Bentuk dasar + kata ulang parsial. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal atau bentuk dasar. Contoh : sesama, jejari, rumah-rumah sakit, dan surat-surat kabar.
8.      Bentuk dasar + kata ulang + -an. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan –an pada konstituen ulang. Contoh : kartu-kartuan, kucing-kucingan, biji-bijian, dan tanam-tanaman.
9.      Bentuk dasar + kata ulang parsial + -an. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal dan imbuhan –an. Contoh : dedaunan, pepohonan, dan rerumputan.
10.  Bentuk dasar + kata ulang ke-…-an. Tipe ini mengulang bentuk dasar yang diikuti penambahan imbuhan ke-…-an. Contoh : keibu-ibuan, kekanak-kanakan, kejawa-jawaan, dan kebarat-baratan.
2.4.2     Ciri Semantis
Makna inheren yang terkandung pada kata nomina ulang adalah :
1.      Ketaktunggalan atau kanekaan.
Contoh : sepeda-sepeda, warna-warni, dan sayur-mayur.
2.      Kegiatan yang melakukan sesuatu dengan ketaktunggalan.
Contoh : uraian-uraian, dan permainan-permainan.
3.      Segala kegiatan yang berkaitan.
Contoh : anak-beranak, dan baris-berbaris.
4.      Kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis.
Contoh : tali-temali, dan gigi-geligi.
5.      Kemiripan rupa.
Contoh : kartu-kartuan, kuda-kudaan, dan mobil-mobilan.
6.      Kemiripan cara.
Contoh : kucing-kucingan, keibu-ibuan, dan kekanak-kanakan.
7.      Kekolektifan yang merupakan kumpulan berbgai jenis.
Contoh : tanam-tanaman, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

3.      PENUTUP
Proses pengidentifikasian reduplikasi ini meliputi segi morfologisnya yang menelaah proses pembentukan kata ulang serta segi semantisnya dengan menelaah makna inheren dari hasil pembentukan kata ulang itu. Karena dengan cara itulah, proses pengidentifikasian dapat terarah dengan mudah. Morfologi mampu menguraikan awal pembentukan kata ulang itu dari kata dasar hingga membentuk kata baru yang berupa perulangan kata. Sedangkan Semantik menegaskan makna yang terkandung dalam kata ulang itu sebagai hasil pembentukan dari kata dasarnya.
Dapat saya simpulkan, terdapat empat golongan proses pengulangan kata, sama seperti halnya Ramlan dalam bukunya Morfologi: Suatu Tinjauan Deskritif, menguraikan empat macam perulangan, yaitu (1) pengulangan seluruh bentuk dasar, (2) pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, (3) perulangan yang berkombinasi dengan  proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi, (4) dan perulangan dengan proses fonemis.
Fungsi semantik dalam proses pengulangan kata ini mampu menimbulkan berbagai makna yang inheren sebagai hasil pembentukan kata atau proses morfologis dari kata dasarnya, yaitu : “Perbuatan yang dilakukan untuk bersenang-senang atau tidak menpunyai tujuan sebenarnya, perbuatan yang dilakukan berulang kali dan/atau terus-menerus, perbuatan yang dilakukan berbalasan, agak, intensif kualitatif, konsesif, sikap, ketaktunggalan atau kanekaan, segala kegiatan yang berkaitan, kekolektifan, kemiripan rupa dan cara.”
Daftar Pustaka
-          Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
-                            Ramlan, M. 1987. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta : UP Karyono.
-                            Winarti, Sri dkk. 2000. Kata Ulang dalam bahasa Indonesia : Tinjauan Sintaksis. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar