Selamat siang,
Yang terhormat Dosen Pengampu Mata Kuliah Retorika, Bea Anggraeni.
Beserta seluruh mahasiswa Sastra Indonesia yang mengikuti mat kuliah ini yang berbahagia.
Salam sejahtera
Puji Syukur saya ucapkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya, Saya juga berterima kasih kepada ibu dosen Bea Anggraeni yang telah menyelenggarakan acara ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung acara ini.
Pada kesempatan ini saya ingin mengutarakan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi ini merupakan salah satu gejala puberitas kita, hal ini tentu telah dilalui tiap orang yang mempunyai perasaan kasih sayang seperti anda semua, bu Bea, dan tak terkecuali saya juga mengalaminya.
Ini perasaan alamiah yang terjadi di setiap manusia dan terjadi saat kita mulai mengalami puberitas atau mengalami proses ketertarikan terhadap lawan jenis kita. Intinya kata “nafsu” atau hasrat seksual kita muncul dan mencapai klimaks saat itu juga. Terkait dengan hal itu, pengalaman saya pada saat itu yaitu melakukan lipkiss dengan lawan jenis saya. Dalam hal ini pacar saya. Rasa yang pertama kali muncul yaitu rasa takut, enak, hangat, nikmat, bercampur menjadi satu. Rasa takut yang muncul terjadi karena telah ada larangan, batasan, atau semacam peringatan dari lingkungan kita yang telah dewasa untuk tidak melakukan hal itu. Namun, manusia adalah mahkluk yang tidak sempurna dari kesalahan. Cenderung seolah hal ini menjadi suatu zat adiktif yang membuat manusia menjadi ketagihan disertai dengan hal dasar manusia yang tidak pernah puas akan hal yang telah didapatkannya.
Dari uraian di atas, setidaknya kita mampu menyikapi hal ini dengan bijaksana. Menempatkan sesuatu pada tempatnya yang sesuai, itu yang saya maksud. Kita telah dewasa, mengerti akan mana yang baik dan mana yang buruk. Meskipun lipkiss dasarnya dilarang bagi yang bukan muhrim menurut agama islam, saya tetap memperbolehkan hal itu dilakukan. Jelasnya, hal itu dilakukan dengan rasa tanggung jawab yang besar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena secara sederhana hal itu telah melanggar norma agama, maka kita melakukan itu jangan sampai melanggar norma-norma lainnya yang ada di masyarakat luas.
Semoga apa yang telah saya katakan tadi bermanfaat bagi kita semua yang ada disini. Saya berharap dengan adanya pidato ini semua orang dapat mengambil nilai positifnya. Terima kasih atas perhatian dosen pengampu mata kuliah Rertorika Bu Bea dan teman-teman mahasiswa. Sekian dan, selamat siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar