Kritik Sastra/Close Reading sebuah puisi
“Salju” Karya: Wing Kardjo
Ke manakah pergi
mencari matahari
ketika salju turun
pohon kehilangan daun
Ke manakah jalan
mencari lindungan
ketika tubuh kuyup
dan pintu tertutup
Ke manakah lari
mencari api
ketika bara hati
padam tak berarti
Ke manakah pergi
selain mencuci diri
Dimulai dari kata “Salju” yang merupakan judul dari puisi ini. Salju merupakan serpihan es yang turun saat musim dingin tiba, berwarna putih, terasa dingin juga, dan dapat membekukan. Sesuai hasil pengamatan dan pengalaman saya, saat salju turun biasanya orang-orang mengalami kedinginan dan kebingungan. Karena secara tidak langsung, dingin yang dihasilkan dari salju membuat orang untuk tidak beraktifitas dan lebih memilih diam di rumah. Sedangkan kebingungan terjadi karena tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Selanjutnya jika dihubungkan dengan perasaan seseorang, maka terjadi kebingungan pada seseorang karena terjadi keadaan yang tidak seperti biasanya.
Berlanjut ke bait pertama, baris pertama hingga baris keempat berhubungan karena jika diparafrasekan menjadi satu kalimat. Sehingga jika paragraf tersebut dimaknai menjadi suatu pertanyaan yaitu di tengah-tengah salju turun dengan keadaan pepohonan yang tidak berdaun sama sekali, kemana mencari matahari. Karena tidak mungkin terdapat sinar matahari yang cukup saat salju turun. Karena juga matahari itu tidak turun, pepohonan seolah mati karena kehilangan sumber energinya dan berakibat dedaunan yang jatuh. Sehingga jika dihubungkan kepada perasaan seseorang, maka dapat diartikan menjadi pertanyaan kemana harus pergi seseorang yang mencari suatu cahaya pencerahan hidup saat kebingungan melanda dirinya dalam ketidakberartian.
Di bait kedua seperti pada bait pertama yang dijadikan satu kalimat, maka dapat dijadikan satu kalimat yaitu saat tubuh seseorang kuyup dan semua pintu tertutup, kemana harus jalan mencari perlindungan akan dinginnnya salju. Hal ini membuat kebingungan seseorang yang tengah basah kuyup karena salju untuk mencari perlindungan, sedangkan semua pintu tertutup. Sehingga jika dihubungkan dengan perasaan seseorang, maka dapat diartikan menjadi pertanyaan kemana harus berjalan mencari seseorang lainnya yang dapat membuatnya merasa nyaman, saat diri sendiri tidak berdaya menghadapai kebingungan dan semua orang tidak dapat menolongnya.
Di bait ketiga seperti dua bait sebelumnya juga menjadikan satu kalimat, yaitu kemana harus lari mencari api, ketika bara hati padam tidak berarti. Kata “lari” diartikan kegiatan yang membutuhkan tenaga ekstra dan waktu yang cepat. Lebih jelasnya jika dihubungkan dengan perasaan seseorang, maka dapat diartikan menjadi pertanyaan kemana harus lari mencari hangatnya kehidupan saat menghadapi kebingungan karena tidak adanya semangat dalam dirinya yang telah mati.
Sedangkan bait terakhir yang terdiri atas dua baris juga dapat dijadikan satu kalimat yaitu kemana harus pergi, selain mencuci diri. Sehingga dapat diartikan jika “mencuci diri” merupakan opsi paling tepat atau menjadi satu-satunya jawaban atas pertanyaan “kemana harus pergi”. Bait ini sebagai jawaban atas bait-bait sebelumnya yang memperlihatkan kebingungan sebagai masalah utama. Karena “mencuci diri” diartikan sebagai penebusan dosa dengan berdoa dan memeohon ampun serta petunjuk kepada Tuhan agar diberikan jalan keluar menghadapi kebingungan yang melanda dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar