Hear U'r God

Hear U'r God
Sebuah potret atas ilham-ilham yang akan Allah berikan pada kita untuk kekuatan kita menempuh hidup di dunia ini. Dengarkan baik-baik setiap dengungan nadanya, intonasinya, dan warnanya yang membentuk suatu kesatuan petunjuk kebenarannya..

Minggu, 03 Juli 2011

Analisis Semiotika Film Across To Universe.

Film itu mengambil lagu-lagu The Beatles sebagai menu utama. Julie Taymor, sang sutradara meracik menu utama itu jadi film musikal yang tak biasa. Bisa dikatakan kalau film ini merupakan sebuah tribute yang amat berkesan bagi John, Paul, George, dan Ringo. Hal di atas merupakan suatu praktik atas sistem penandaan atau kegiatan memproduksi tanda dalam film ini. Lagu-lagu The Beatles yang menghiasi film ini merupakan sebuah penanda yang bersifat universal atas sebuah petanda juga yang bersifat universal pula. Petanda dalam film ini atas penanda tersebut yaitu konsep untuk mengenang The Beatles melalui karya-karyanya berupa lagu.
Lagu-lagu The Beatles dipakai Teymor sebagai pijakan untuk bercerita. sebagai pengantar suasana hati para tokohnya pada cerita, maupun semangat dari lagu-lagu itu. Hal itu merupakan suatu indeksitas yang tertera di dalam film tersebut. Karena hal itu merujuk pada suatu kejadian sebab-akibat atau gejala-penyakit. Adegan-adegan berupa nyanyian oleh para aktor dan aktris dalam film tersebut merupakan suatu akibat yang dikarenakan oleh sebab-sebab suasana hati yang bisa senang atau tengah sedih. Tentu dalam penggarapan film ini, Teymor memilih lagu-lagu The Beatles yang sesuai adegan film tersebut.
Termasuk kejelian Treymor untuk mengintrepetasi ulang makna dari lagu-lagu The Beatles. Saat lagu I Want to Hold Your Hand yang aslinya riang oleh The Beatles dinyanyikan dengan nada sendu penuh kesedihan. Keinginan “menggenggam tangan sang pujaan” bisa jadi sebuah jeritan hati bila sang pujaan tak bisa diraih. Hal ini bisa mengacu pada suatu gejala dekontruksi yang di dalamnya terdapat suatu intertekstual. Dapat dilihat dari kata “Keinginan” yang sejatinya memang hal yang belum terwujudkan.
Sebuah adegan saat Max (Joe Anderson) mesti ikut wajib militer misalnya, disajikan dalam gaya teatrikal megah dengan tentara-tentara berwajah kotak berjoged kompak. Film ini merupakan sebuah tontonan visual yang indah. Film ini tak lagi patuh pada visualiasi realis. Adegan simbolis tersebut merupakan sebuah kritik sosial atas pemerintahan Amerika pada saat itu yang mewajibkan wajib militer bagi masyarakatnya. Sehingga simbol yang digunakan yaitu berupa tentara-tentara bentukan yang mempunyai gerak dan suara/nada yang sama. Hal itu merupakan suatu gejala konvensional para tentara pada umumnya. Mereka diwajibkan menjunjung kebersamaan dalam setiap hal yang mereka lakukan.
Sistem semiotik yang lain terdapat pada film ini yaitu mengacu pada dunia musik saat itu. Entah itu mengacu pada The Beatles maupun lainnya. Tokoh utama (lelaki) yaitu Jude. Jude merupakan kata yang diambil dari judul lagu The Beatles yang berjudul Hey, Jude. Selanjutnya kota asal Jude yaitu Liverpool, kota tersebut juga merupakan kota asal dari Band The Beatles. Tak boleh lupa, ada pasangan putus-sambung Sadie (Dana Fuchs) dan Jo-Jo (Luther McCoy). Penampilan Sadie mengingatkan kita pada Janis Joplin; sedang Jo-Jo mirip Jimi Hendrix.
Selanjutnya beralih pada komposisi warna film ini. Komposisi warna yang tepat dan menandakan kalau film ini bersetting tahun 60-an, hal itu didukung oleh perang USA dengan Vietnam yang menjadi penanda kalau hal itu bersetting tahun 60-an. Lalu muncul komposisi warna yang tidak beraturan saat para tokoh utama tersebut pergi dengan bus. Warna-warni yang muncul lalu berpola spiral. Hal itu menunjukan semua rasa yang bercampur pada tokoh-tokoh saat berpergian menggunakan bus. Mereka menjadi tidak sadar akan hal yang dilakukan dan membawa mereka ke suatu tempat asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar