Hear U'r God

Hear U'r God
Sebuah potret atas ilham-ilham yang akan Allah berikan pada kita untuk kekuatan kita menempuh hidup di dunia ini. Dengarkan baik-baik setiap dengungan nadanya, intonasinya, dan warnanya yang membentuk suatu kesatuan petunjuk kebenarannya..

Selasa, 12 Juli 2011

Mekanisme pertahanan ego tokoh Sri dalam Drama “Sri” (Sample Penelitian KIK)

TOPIK : Psikologi Sastra (Psikoanalisa Sigmund Freud - Mekanisme pertahanan ego)
JUDUL: Mekanisme pertahanan ego tokoh Sri dalam Drama “Sri”
PENDAHULUAN
   Kesan dan kesadaran kita tentang drama sangat khusus. Drama adalah perasaan manusia yang beraksi di depan mata kita. Itu berarti bahwa aksi dari suatu perasaan mendasari keseluruhan drama. Setidaknya hal di atas merupakan alasan menggunakan objek kajian berupa teks drama ini. Apalagi drama “Sumur Tanpa Dasar” merupakan drama penuh dengan aspek psikologis tokoh-tokohnya. Sehingga teori yang digunakan merupakan teori yang meminjam dari ilmu psikologi. Dalam tulisan ini menggunakan teori psikoanalisa milik Sigmund Freud yang sering dipakai oleh banyak sastrawan. Karena memang teori ini dari ilmu psikologi yang mempunyai garis merah dengan ilmu sastra. Teori ini dapat digunakan untuk menelaah sikap-sikap tokoh pada drama tersebut berikut latar belakang atas tindak laku.
Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-kecemasan yang dirasakan individu. Aspek kejiwaan yang diteliti ini merupakan suatu hal yang menarik karena dalam drama tersebut tokoh mempunyai berbagai macam sikap berikut mekanisme-mekanisme pertahanan atas egonya. Hal itu dihidupkan untuk mereduksi ketegangan-ketegangan yang dihadapi sang tokoh Sri. Sehingga penelitian ini bertujuan agar mengingatkan kita kepada perilaku manusia yang mungkin seperti tokoh dalam drama tersebut berikut mekanisme pertahanan yang digunakan jika menghadapi suatu masalah.
LANDASAN TEORI
Teori Psikonalisa Sigmund Freud, psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf. Teori Mekanisme Pertahanan Ego. Sigmund Freud (dalam Koeswara, 1991:46) sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan, yakni: (1) represi, (2) sublimasi, (3) proyeksi, (4) displacement, (5) rasionalisasi, (6) pembentukan reaksi atau reaksi formasi, (7) melakonkan, (8) nomadisme, dan (9) simpatisme.
METODE PENELITIAN
Pada tahap penelitian data ini, peneliti melakukan beberapa tahap, yaitu:
(1)   membaca dan memahami Drama ‘Sri’ karya Gunawan Mohammad.
(2)   mengidentifikasikan peristiwa atau perilaku tokoh utama yang berhubungan dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, terutama mekanisme pertahanan ego.
(3)   mengklasifikasikan hasil identifikasi sesuai dengan arah penelitian dan menganalisisnya.
(4)   mendeskripsikan hasil analisis berdasarkan rumusan masalah.
(5)   menyimpulkan hasil penelitian.

PEMBAHASAN
Dalam drama tersebut. Sri banyak melakukan mekanisme pertahanan egonya. Hal itu wajar ia lakukan, karena hal itu dapat mengurangi perasaan takut dan kecemasan yang jelas terlihat karena tidak mempunyai anak. Mekanisme pertahanan ego yang ia lakukan meliputi Melakonkan (membiarkan ekspresi keluar), Rasionalisasi (pembelaan diri dengan argumen-argumen), Represi (memendam dan mengakibatkan emosi besar), Simpatisme (meminta nasihat dalam menghadapi tekanan), Proyeksi (menimpahkan kesalahan kepada orang lain), Sublimasi (melakukan hal yang dapat diterima orang lain dalam melawan tekanan), dan Identifikasi (mengimitasi perilaku orang lain).
Dimulai dari bentuk pertahanan Identifikasi, Sri melakukan pertahanan tersebut dengan nyanyian seperti seorang yang mirip ibu menggendong anaknya. Padahal dia saat itu tidak mempunyai anak. Hal itu dilakukan agar mendorong Sri secara emosi untuk mempunyai anak. Selanjutnya bentuk pertahanan Sublimasi, Sri terlihat menyanyikan sebuah lagu atau bersajak dengan isi memohon kepada Tuhan agar diberi anak. Hal itu merupakan hal yang wajar dilakukan oleh seorang ibu yang tidak mempunyai anak untuk menekan balik tekanan untuk memiliki anak. Selanjutnya bentuk pertahanan Proyeksi, bentuk pertahanan ini merupakan bentuk pertahanan yang sangat merugikan orang lain sebagai pengalihan kesalahan. Pada saat Sri berbicara dengan Wening, Sri menyalahkan ibu-ibu yang beranggapan kalau anak hanya membuat susah. Sri sangat menolak keras pernyataan tersebut dan menyalahkan balik bahwa ibu-ibu tersebut merupakan ibu yang lemah. Hal itu dilakukan untuk menutupi kelemahan Sri yang sejatinya tidak mempunyai anak. Untuk selanjutnya, proyeksi hadir pada diri Sri tertuju untuk Bondan, suaminya. Saat bertemu dengan Nyi Ladrang maupun Perempuan Tua, Sri cenderung menyalahkan Bondan sebagai kesalahan puncak atas hal tidak mempunyai anak. Padahal masalah tersebut tidak hanya Bondan yang salah dan seharusnya Sri tidak menyalahkan Bondan seutuhnya.
Selanjutnya beralih pada bentuk pertahanan Simpatisme dan Represi. Bentuk pertahanan Simpatisme merupakan bentuk yang dilakukan Sri dengan meminta nasihat kepada orang lain, dalam hal ini orang yang lebih tua menjadi sasaran atas bentuk pertahanan ini. Masalah Sri tentang tidak mempunyai anak segera dihilangkan kadar tekanannya oleh Sri. Dalam hal ini, tokoh Perempuan Tua dan Nyi Ladrang adalah tokoh yang ditanyai oleh Sri untuk mencari tahu mengapa dirinya tidak bisa mempunyai anak dan meminta tolong bagaimana jalan keluarnya. Selanjutnya bentuk pertahanan represi, bentuk pertahanan ini dilakukan oleh Sri saat bertemu dengan orang-orang yang sedikit menyinggung persoalan anak dalam keluarganya. Sri melakukan ini untuk memendam amarahnya. Lebih-lebih bertemu dengan Bondan, suaminya. Terlihat saat Bondan tiba-tiba muncul ketika Sri pura-pura menggendong anak. Namun Sri menggunakan Represi untuk tidak memancing amarahnya serta melanjutkan dengan bicara topik lainnya. Terlihat saat Sri bertemu dengan Damar, ketika Damar mengira bahwa barang bawaan Sri untuk anak Sri. Sri saat itu menolak jika ini untuk anaknya, tetapi Damar mengalihkan pembicaraannya dengan menyuruh Sri agar bersabar dan menjadikan contoh Wening sebagai dorongan terhadap anaknya. Namun Sri hanya meng-iya-kan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar