Hear U'r God

Hear U'r God
Sebuah potret atas ilham-ilham yang akan Allah berikan pada kita untuk kekuatan kita menempuh hidup di dunia ini. Dengarkan baik-baik setiap dengungan nadanya, intonasinya, dan warnanya yang membentuk suatu kesatuan petunjuk kebenarannya..

Jumat, 01 Juli 2011

Bentuk Kata majemuk

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Pembicaraan mengenai bentuk majemuk setidaknya kita telah lebih dulu mengenal bidang morfologi. Bidang ini yang sesuai dengan arti harfiahnya yaitu membicarakan seluk beluk perubahan kata yang dapat membedakan makna kata dari awalnya. Karena bentuk majemuk merupakan salah satu bidang dalam proses morfologik. Menurut M. Ramlan :“… bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.” (M. Ramlan, 1983:17).
Kami memaksudkan bentuk majemuk dalam tulisan ini yaitu bentuk majemuk kata, bukan bentuk majemuk dari suatu kalimat. Karena halnya kami membicarakan hal ini dalam bidang morfologi yang mempelajari seluk beluk perubahan kata bukan dalam bidang sintaksis. Dalam sintaksis juga terdapat pembahasan mengenai kata, tetapi dikaji mengenai hubungannya dengan kata lain. Terdapat batas antara kedua bidang ini yaitu pada kata. Kata dalam bidang morfologi merupakan satuan terbesar yang dipelajari. Menurut M. Ramlan : “Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi ialah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata” (M. Ramlan, 1983:19).
Bentuk majemuk merupakan salah satu proses morfologik, selain dua proses lainnya, yaitu proses pembubuhan afiks dan proses pengulangan kata. Seperti kata dasar rumah yang dapat berubah makna jika diubah menjadi perumahan, rumah-rumah, dan rumah sakit. Tulisan kami ini membahas tentang proses pemajemukan kata, beserta penjelasan dan contoh akan kami paparkan secara hati-hati.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Proses pemajemukan kata merupakan bagian dari salah satu proses morfologik. Bentuk majemuk kata merupakan bentuk kata yang berupa dua kata yang berbeda makna dan membentuk makna baru. Kami mengambil contoh kata majemuk yaitu mata kaki. Gabungan kata ini terdiri dari kata mata dan kaki. Kata mata yang berarti salah satu alat pengindraan yang digunakan untuk melihat, sedangkan kata kaki yang berarti salah satu organ yang paling bawah dan digunakan untuk menahan bagian tubuh kita bagian atas beserta untuk berjalan. Kita lihat dua makna itu berbeda dengan makna kata mata kaki. Tentu berbeda dengan makna kata mata kaki yang merupakan salah satu bagian dari kaki yang berfungsi sebagai engsle dan menghubungkan bagian telapak dan tulang kering. Proses pembentukan kata dengan penggabungan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata majemuk (M. Ramlan, 1983:45).
 Tetapi banyak yang meragukan jika kata majemuk asli berasal dari Indonesia. Terlepas dari hal itu, proses pemajemukan kata tetap ada dan diakui untuk memperkaya wawasan tata bahasa Indonesia. Penting hal ini untuk dicermati karena pemajemukan bukan sekedar asal menggabungkan kata saja, tetapi juga membentuk makna yang baru agar terlihat berbeda dengan frase.
Gabungan kata ini umumnya terdiri dari satu kata dan satu pokok kata. Kedua hal itu merupakan unsur-unsur baru yang membentuk suatu tatanan kata baru. Menurut M. Ramlan, “…ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan pokok kata sebagai unsurnya,…”(M. Ramlan, 1983:67). Contoh-contohnya seperti ikat pinggang, kamar tunggu, lempar lembing, dan daya tahan.

1.2     Sifat kata majemuk
Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a. Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
b. Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.


1.3     Ciri-ciri kata majemuk
Lebih terinci Keraf (1982:125) menyatakan ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru. Hal ini dapat diartikan menjadi dua kata yang terbentuk dan membentuk makna baru. Seperti kata rumah sakit yang terdiri dari kata rumah dan kata sakit. Kedua kata itu membentuk makna baru yaitu tempat untuk menampung orang yang sedang sakit.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya. Unsur kesatuan makna menjadi hal yang yang penting untuk ditinjau lebih lanjut.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar. Kata-kata turunan kurang dipakai dalam bentuk majemuk. Seperti kata rumah, mata, daya, dan lain-lain. Sedangkan kata menemani, terdalam, bersaudara, dan lain-lain tidak dipakai.
d. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM    (Diterangkan mendahului Menerangkan). Kami mengambil contoh kata saputangan. Kita bagi menjadi dua bagian kata saputangan itu menjadi kata sapu dan kata tangan. Kata sapu menjadi bagian yang diterangkan dan kata tangan menjadi bagian yang menerangkan.
Ramlan (1983:69) mengemukakan ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut.
l) Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk.
Pokok kata yaitu bentuk lingual atau satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatis tidak memiliki sifat bebas tetapi dapat dijadikan bentuk dasar sutu kata kompleks. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata majemuk. Contohnya: kolam renang, medan tempur, temu karya, tanggung jawab.
2) Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya.
Kami mengambil contoh kata kamar mati. Bentuk kamar mati tidak dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati, begitu pula dengan kata meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil, tangan kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan meja, sakit rumah dan seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau satuan yang atau dan.

1.4     Pendapat beberapa ahli
Kami memberi beberapa pengertian mengenai bentuk majemuk oleh beberapa ahli seperti Abdul Chaer, Soedjito, I. Gusti Ngurah Oka dan Suparno, dan Verhaar.
Soedjito, kata majemuk adalah hasil dari proses penggabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan satu makna baru yang khusus. Menurut Soedjito, ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut:
-          Kata majemuk dibedakan dengan frasa.
-          Komponen kata majemuk tidak dapat dibalik susunannya.
Jika mengalami proses pembentukan kata, kata majemuk itu menjadi bentuk dasar secara utuh. Contoh: kereta api → perkeretaapian, tanggung jawab → pertanggungjawaban, kambing hitam → mengambinghitamkan. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
Verhaar (1978), menyebut suatu komposisi merupakan kata majemuk kalau adanya hubungan antar unsur yang bersifat sintaksis. Komposisi matahari, bumiputera, dan daya juang adalah kata majemuk, karena tidak mungkin matahari diakatakan sebagai matanya hari, berbeda dengan mata adik yang bisa dikatakan matanya adik. Bumiputera tidak bisa dikatakan menjadi bumi milik putera, berbeda bila bandingkan dengan bumi kita yang dapat dianalisis menjadi bumi milik kita. Kemudian daya juang yang tidak bisa dianalisis menjadi daya untuk berjuang. Matahari, bumiputera, dan daya juang adalah kata majemuk terbukti dari tidak dapat disisipkannya sesuatu di antara kedua unsurnya, menjadi matanya hari, bumi milik putera, dan daya untuk berjuang.
 I Gusti Ngurah Oka dan Suparno (1994), kata majemuk terdiri dari unsur-unsur yang anggotanya tidak dapat dipisahkan oleh unsur-unsur lain. Penyisipan unsur lain dalam kata majemuk itu mengakibatkan status kata majemuk menjadi bukan kata majemuk lagi. Kata majemuk merupakan suatu keutuhan sehingga jika mengalami proses morfologis mendapatkan perlakuan sebagai satu bentuk dasar. Untuk membuktikan berlakunya ciri itu dapat digunakan afiksasi dengan morfem simultan atau morfem kombinasi yang mengapit bentuk dasar. Kata tanda tangan, misalnya, merupakan kata majemuk yang terbukti dari pembentukannya dengan morfem meN-ia atau peN-an menjadi menandatangani atau penandatanganan.
Abdul Chaer (1994), berpendapat bahwa kata majemuk adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Kata majemuk terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya lalu lintas, kipas angin, dan rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan hajarulaswad dalam bahasa Arab; dan blackboard, bluebird, dan greenhouse dalam bahasa Inggris.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Bentuk majemuk kata merupakan bentuk kata yang berupa dua kata yang berbeda makna dan membentuk makna baru.
2.      Kata majemuk yang bersifat endosentris adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya merupakan inti dari gabungan itu.
3.      Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu.
4.      Ciri-ciri kata majemuk yaitu Gabungan itu membentuk satu arti yang baru; Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya; Biasanya terdiri dari kata-kata dasar; Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan); Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk; Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya.

Pertanyaan
1.      Jelaskan perbedaan Endosentris dengan Eksosentris?
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai unsur pusat. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
2.      Jelaskan ciri-ciri kata majemuk menurut Gorys keraf ?
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru. Hal ini dapat diartikan menjadi dua kata yang terbentuk dan membentuk makna baru. Seperti kata rumah sakit yang terdiri dari kata rumah dan kata sakit. Kedua kata itu membentuk makna baru yaitu tempat untuk menampung orang yang sedang sakit.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya. Unsur kesatuan makna menjadi hal yang yang penting untuk ditinjau lebih lanjut.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar. Kata-kata turunan kurang dipakai dalam bentuk majemuk. Seperti kata rumah, mata, daya, dan lain-lain. Sedangkan kata menemani, terdalam, bersaudara, dan lain-lain tidak dipakai.
d. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM    (Diterangkan mendahului Menerangkan). Kami mengambil contoh kata saputangan. Kita bagi menjadi dua bagian kata saputangan itu menjadi kata sapu dan kata tangan. Kata sapu menjadi bagian yang diterangkan dan kata tangan menjadi bagian yang menerangkan.
3.  Sebutkan dan jelaskan contoh kata dari Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya?
Kami mengambil contoh kata kamar mati. Bentuk kamar mati tidak dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati, begitu pula dengan kata meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil, tangan kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan meja, sakit rumah dan seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau satuan yang atau dan.

4      Jelaskan menurut soejito pengertian kata majemuk?
Kata majemuk adalah hasil dari proses penggabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan satu makna baru yang khusus. Menurut Soedjito, ciri-ciri kata majemuk adalah sebagai berikut:
-          Kata majemuk dibedakan dengan frasa.
-          Komponen kata majemuk tidak dapat dibalik susunannya.
Jika mengalami proses pembentukan kata, kata majemuk itu menjadi bentuk dasar secara utuh. Contoh: kereta api → perkeretaapian, tanggung jawab → pertanggungjawaban, kambing hitam → mengambinghitamkan. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata.
5.      Jelaskan perbedaan pengertian kata majemuk menurut Verhaar dan Abdul Chaer?
Menurut Verhaar: menyebut suatu komposisi merupakan kata majemuk kalau adanya hubungan antar unsur yang bersifat sintaksis. Komposisi matahari, bumiputera, dan daya juang adalah kata majemuk, karena tidak mungkin matahari diakatakan sebagai matanya hari, berbeda dengan mata adik yang bisa dikatakan matanya adik. Bumiputera tidak bisa dikatakan menjadi bumi milik putera, berbeda bila bandingkan dengan bumi kita yang dapat dianalisis menjadi bumi milik kita
Menurut Abdul Chaer : kata majemuk adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.

DAFTAR PUSTAKA
-                        Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
-          Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
-          Keraf, Gorys. 1982. Argumentasi & Narasi. Jakarta: Gramedia
-          Ramlan, M. 1985. Morfologi. Yogyakarta: CV Karyono.
-          Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
-          Verhaar, J. W. M. 1993. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar