Perselisihan, Romantisme-Feminisme pada Layar Terkembang
Cerita ini merupakan cerita kehidupan yang biasa dan bisa saja terjadi di lingkungan kita. Menarik untuk disimak dan di apresiasi sebagai suatu karya yang mampu memberikan suasana perselisihan dan keromantisan dalam cerita ini. Saya tidak kaget dengan cerita ini, karena cerita ini didesain oleh seorang ahli dalam dunia kesusastraan sekelas Sutan Takdir Alisyahbana. Seorang tokoh yang menjadi layak dijadikan panutan pada era Balai Pustaka-Pujangga Baru. Beliau mendesain cerita ini berlatar kehidupan pada umumnya dengan membandingkan perselisihan dengan keromantisan antar tokohnya.
Romantisme layak dikedepankan dalam cerita ini, karena romantisme merupakan hal yang tak asing dalam kehidupan seperti dalam cerita tersebut. Pada era Balai Pustaka-Pujangga Baru juga terdapat tema seperti itu dalama karya-karyanya. Adanya pertemuan seorang wanita yang berwajah ayu dengan lelaki berparas tampan tentu membuat banyak pembaca untuk menafsirkan akan timbul suatu perasaan di antara ke duanya. Karena memang itu yang terjadi selanjutnya. Maria dan Yusuf yang mengalami kejadian seperti di atas. Mereka bertemu di akuarium besar, dan selanjutnya di antara mereka timbul suatu kisah percintaan. Keduanya saling menyayangi, sehingga pantas disebut pasangan yang ideal.
Yusuf hadir di cerita ini tak sekedar sebagai seorang yang berparas tamapan dan menjalin kisah percintaan dengan Maria, tetapi juga sebagai seorang penengah saat Maria berselisih paham dengan Tuti, kakaknya. Perselisihan antar saudara pada umumnya memang sering terjadi di kehidupan kita. Sehingga tak ayal dalam cerita ini juga terjadi seperti itu. Perbedaan paham tentu menjadi dasar perselisihan ini terjadi.
Tuti merupakan seorang sosok wanita tegas, berpendirian, sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan, dan sangat gemar mengikuti organisasi. Tuti juga memiliki kepandaian yang luar biasa dibandingkan dengan wanita-wanita pada masa itu. Ia mampu berpidato di depan wanita-wanita lain sehingga mampu membuat semua orang terkesima mendengar orasi-orasi yang Tuti lontarkan. Tuti juga memiliki pendirian yang teguh, Ia tak mudah memuji bahkan lebih sering mencela jika menurut pemikirannya hal itu tidak sesuai dengan paham yang Ia ikuti. Berbeda dengan Maria yang gadis remaja periang yang memiliki sifat bertolak belakang dengan Tuti. Maria cenderung gemar berdandan, tidak terlalu suka berorganisasi, dan benar-benar menikmati masa mudanya yang penuh kegembiraan. Maria tidak suka berdebat hal-hal berat seperti yang dilakukan kakaknya, dia gemar bernyanyi sembari merawat bunga-bunga yang sengaja dia tanam di pekarangan rumahnya. Maria masih bersekolah di salah satu sekolah terbaik di tempatnya, dia menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin.
Dari pendeskripsian di atas, jelas terlihat bahwasannya perbedaan pandangan hidup di persaudaraan antara Tuti dan Maria membuat mereka sering berselisih. Maria orangnya pemalas, tetapi mempunyai aura sebagai wanita muda yang indah dan mempunyai cita-cita tinggi. Berbeda dengan Tuti yang sangat dingin dan sulit untuk memikirkan cinta padahal dia sangat butuh akan cinta itu sendiri. Feminisme yang berbicara akan hal itu. Layaknya seorang wanita biasa, Tuti mencoba untuk jatuh cinta pada seseorang, tapi sulit untuk menahan egonya yang berkata tidak akan cinta. Karena hal itu diawali oleh gagalnya dia bertunagan dengan Hambali, kekasihnya dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar