Frase Bahasa Indonesia
Dalam tataran sintaksis Bahasa Indonesia, frase merupakan salah satu dari satuan-satuan milik Sintaksis selain kata, klausa, kalimat, dan wacana. Maka dari itu frase haruslah didapati sebagai sebuah bagian yang tidak boleh ditanggalkan dari sistem sintaksis ini sebagai satuannya. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat frase-frase yang tentu menarik untuk ditelaah lebih lanjut karena bentuknya hampir sama seperti kata majemuk.
Definisi frase menurut M. Ramlan yaitu satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampau batas fungsi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa frase mempunyai dau sifat menurut pengertian di atas yaitu (1) frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan (2) frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya harus terdapat dalam satu fungsi pada suatu kalimat. Jadi frase tersebut haruslah terdiri dari lebih dari atau sama dengan dua kata asalkan tidak melampaui satu fungsi dalam suatu kalimat.
Beberapa hal yang terdapat dalam frase ini yaitu :
(1) Pembentuk frase harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Seperti kontruksi daya juang, yang tedapat morfem terikat juang. Maka dapat dikatakan bahwa kontruksi itu merupakan kata majemuk. Seperti kontruksi tanah tinggi yang unsurnya berupa morfem bebas.
(2) Frase merupakan kontruksi nonpredikatif. Hal ini menandakan bahwa hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-predikat atau predikat-objek, sehingga dapat dikatakan frase merupakan konstituen pengisi dalam suatu kalimat. Seperti bentuk saya makan yang terdiri dari fungsi subjek-predikat, maka bentuk itu bukan merupakan frase. Berbeda dengan bentuk sedang makan yang tentu menempati fungsi predikat.
(3) Dalam frase, antara kata yang satu dengan kata yang lain dapat diselipi unsur lain. Seperti bentuk celana panjang, bentuk tersebut dapat diselipi suatu unsur lain sehingga menjadi celana berkain panjang.
(4) Karena frase mengisi salah satu fungsi sintaksis, maka salah satu unsur frase itu tidak dapat dipindahkan secara terpisah, jika ingin dipindahkan maka harus membawa semua unsur dalam satu fungsi. Seperti pada kalimat Ipank membelikan boneka lumba-lumba untuk Icha. Untuk frase boneka lumba-lumba tidak dapat dipindahkan letaknya secara terpisah menjadi Boneka Icha dibelikan Ipank lumba-lumba. Seharusnya tetap menjadi satu fungsi seperti Boneka lumba-lumba untuk Icha dibelikan Ipank jika dalam kalimat pasif.
(5) Berbeda dengan makna pada kata majemuk yang menciptakan makna baru atau satu makna, maka frase memiliki makna sintaktik atau makna gramatikal. Seperti kata majemuk rumah sakit, kata majemuk menciptakan makna baru bagi rumah sakit dengan arti ‘tempat bagi orang yang sakit’. Berbeda dengan rumah Ipank yang merupakan sebuah frase yang berarti ‘rumah milik Ipank’.
Jenis-jenis frase dapat dibedakan menjadi dua jenis frase utama yaitu frase eksosentrik dan frase endosentrik.
Frase eksosentrik merupakan frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase ini merupakan frase yang dimana kedua atau salah satu komponennya tidak dapat berdiri sendiri. Seperti frase ke sekolah. Dalam kalimat Andi membawa sepeda ke sekolah, tentu tidak dapat menjadi kalimat Andi membawa sepeda ke atau Andi membawa sepeda sekolah. Selanjutnya frase eksosentris ini dibedakan menjadi dua frase sub bagian lagi. Yaitu frase eksosentris yang direktif dan frase eksosentris yang nondirektif. Frase direktif yaitu frase eksosentris yang komponennya berupa preposisi di, ke, dari, dan berkategori nomina. Seperti frase dari rumah teman, di kampus, dan ke masjid. Sedangkan frase eksosentris yang nondirektif yaitu frase eksosentris yang berupa komponen artikulus, seperti si, sang, yang, para, dan kaum. Selanjutnya komponennya juga berupa kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba. Seperti si kaya, sang pahlawan, yang berbaju merah, para budayawan, dan kaum ekstrimis.
Frase endosentrik merupakan frase yang salah satu unsurnya atau komponenya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase yang salah satu artinya jika dipasang pada satu kalimat dapat menggantikan peranan frase itu. Seperti kalimat Amir sedang mencari uangnya, maka kalimatnya bisa menjadi Amir mencari uangnya. Selanjutnya frase endosentrik dibedakan atas frase endosentrik yang koordinatif, frase endosentrik yang atributif, dan frase endosentrik yang apositif. Frase endosentrik yang koordinatif yaitu frase yang terdiri dari komponen yang setara, dan kesetaraan itu dibuktikan dengan adanya kata penghubung seperti dan atau atau. Seperti adik kakak, belajar dan bekerja, dan hitam atau putih. Frase endosentrik yang atributif yaitu frase yang terdiri dari komponen yang tidak setara. Sehingga tidak terdapat kata penghubung seperti dan atau atau. Frase ini mempunyai unsur pusat dan unsur atributif. Seperti baju lama, malam itu, sedang mandi. Kata-kata baju, malam, dan sedang merupakan unsur pusat, sedangkan kata-kata lama, itu, dan sedang merupakan unsur atributif. Frase endosentrik yang apositif adalah frase yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya dan oleh karena itu urutan letak komponennya dapat ditukarkan. Seperti contoh ini: Pak Tubi, dosen saya, pintar sekali. Lalu kalimat ini: Dosen saya, pak Tubi, pintar sekali. Dari kedua kalimat tersebut, pak Tubi dapat menggantikan atau digantikan dengan dosen saya, ataupun dihilangkan salah satu dari kedua frase tersebut.
Frase-frase juga dapat dibedakan berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan kata menjadi empat golongan yaitu frase nominal, frase verbal, frase bilangan, dan frase keterangan. Sedangkan berdasarkan tidak memiliki persamaan distribusi dengan kategori kata disebut frase depan.
Frase nominal yaitu frase yang memiliki pendistribusian yang sama dengan kata nominal. Dalam frase tersebut terdapat golongan kata nominal. Seperti frase celana baru dan jalan kecil. Selanjutnya frase nominal ini dibagi dalam beberapa bentukan kategori kata komponennya. Seperti frase nominal yang bercirikan kata benda diikuti kata benda. Contoh: gelang perak. Selanjutnya frase nominal berciri kata benda diikuti kata kerja. Contoh: adik bersepatu. Lalu frase nominal yang bercirikan kata benda diikuti kata bilangan. Contoh: apel tiga biji. Selanjutnya frase nominal yang bercirikan kata benda diikuti kata keterangan. Contoh: acara besok sore. Lalu frase nominal yang bercirikan kata benda yang diikuti frase depan. Contoh: pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya frase nominal yang bercirikan kata benda didahului kata bilangan. Contoh: lima buah sepeda baru. Lalu frase nominal yang bercirikan kata nominal didahului kata sandang. Contoh: sang kodok. Selanjutnya frase nominal yang bercirikan kata yang diikuti kata benda. Contoh: yang ini. Lalu frase nominal yang bercirikan kata yang diikuti kata kerja. Contoh: yang akan pulang. Selanjutnya frase nominal yang bercirikan kata yang diikuti kata bilangan. Contoh: yang sepuluh buah. Lalu frase nominal yang bercirikan kata yang diikuti kata keterangan. Contoh: yang kemarin. Selanjutnya frase nominal yang bercirikan kata yang diikuti frase depan.
Frase verbal yaitu frase yang memiliki pendistribusian yang sama dengan kata kerja. Dalam frase tersebut terdapat golongan kata kerja. Seperti frase sedang menulis, frase sering lari, frase dapat menari, dan frase akan datang. Frase akan datang merupakan frase yang terdiri dari kata akan yang termasuk golongan kata tambah dan merupakan atribut dalam frase itu, sedangkan kata datang yang termasuk golongan kata kerja merupakan unsur pusat dari frase tersebut. Maka semua kata golongan tambah merupakan kata-kata yang dalam frase endosentrik yang atributif berfungsi sebagai atribut bagi unsur pusat yang berupa kata benda. Untuk frase menyanyi dan menari, frase ini terdiri dari golongan kata kerja semua. Kedua kata pembentuk frase tersebut merupakan unsur pusat semua dan hanya dipisahkan dengan kata dan.
Frase bilangan merupakan frase yang memiliki pendistribusian yang sama dengan kata bilangan. Dalam frase tersebut terdapat golongan kata bilangan. Seperti frase lima buah kursi. Dalam frase tersebut terdapat kata bilangan yaitu lima. Frase bilangan selalu terdiri dari unsur kata bilangan diikuti kata satuan. Seperti frase tiga lembar (daun). Kata lembar merupakan kata satuan.
Frase keterangan merupakan frase yang memiliki pendistribusian yang sama dengan kata keterangan. Dalam frase tersebut terdapat golongan kata keterangan. Frase ini memiliki kecendrungan yaitu selalu berada dalam sebuah klausa atau kalimat yang menduduki fungsi keterangan. Jumlah dari frase ini tidak banyak dalam bahasa Indonesia. Seperti frase besok malam, nanti siang, dan tadi malam.
Frase depan merupakan frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda, dan diikuti oleh kata yang berkategori benda (N), kerja (V), bilangan (bil), atau keterangan sebagai petanda. Seperti frase di wisma yang berpetanda benda, frase dengan sangat lincah yang berpetanda kerja, frase dari dua (kali) yang berpetanda bilangan, dan frase sejak kemarin malam yang berpetanda keterangan.
Sumber Pustaka :
Ramlan, M., 1981, Sintaksis, Yogyakarta : UP Karyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar